"ALLAH dulu, ALLAH lagi, ALLAH terus"

Jumat, 30 Desember 2011

Kuingin Menjadi Seperti Gus Dur


Kuingin menjadi kutu buku seperti Gus Dur
Kuingin menjadi secerdas seperti Gus Dur

Kuingin menjadi pluraris seperti Gus Dur

Kuingin menjadi nasionalis seperti Gus Dur


Kuingin menjadi pemberani seperti Gus Dur

Kuingin menjadi penyabar seperti Gus Dur

Kuingin menjadi sederhana seperti Gus Dur
Kuingin menjadi Pecinta damai seperti Gus Dur


Kuingin menjadi Alim seperti Gus Dur

Kuingin menjadi NU seperti Gus Dur

Kuingin menjadi Humoris seperti Gus Dur
Kuingin menjadi orang Jujur seperti Gus Dur


Kuingin menjadi orang Indonesia seperti Gus Dur
Kuingin menjadi Sebaik-baik apa yang dimiliki Gus Dur


Tapi..


Aku tak ingin menjadi "sekontroversial" Gus Dur

walau kutahu Gus Dur benar
karena aku tak sanggup menahan caci maki
yang akan menimpaku
Karena hanya Gus Dur yang mampu
menerima semua itu

maka...

Aku tak yakin lagi ada yang seperti Gus Dur
selain menjadi salah satu yang kuingin....

kuingin menjadi salah satu yang dimiliki Gus Dur

"jadilah orang jujur"

Sukma Adi Atmaja_
29 Mei 2010

Jumat, 16 Desember 2011

Tapak Sabda




1...2...3...



Dejavu dan Jamais vu..

Hidup di dunia ini tak lebih lama daripada sehela napas.

Bukankah selain waktu sesaat ini, semua yang pernah kita jalani tidak begitu beda dengan semua yang belum kita jalani?

Apapun yang anda sentuh, percayai, dan tampak pada hari ini akan menjadi-seperti realitas kemarin-sebuah ilusi dihari esok.

Tidak jarang kita merasa “pernah” mengalami, padahal sesungguhnya belum (dejavu). Sebaliknya kita merasa “belum” padahal sesungguhnya pernah (jamais vu).

Otak tak bisa membedakan antara ingatan dan fakta, mimpi dan imajinasi. Imajinasi pada masa lalu tidak terlalu berbeda dengan kenangan pada masa depan; keduanya tidak disini! masa lalu adalah gelap, masa depan penuh misteri.

Penggalan dari buku

“Tapak Sabda”,

fauz noor..

Minggu, 11 Desember 2011

Bagaimana Menghafal al Qur'an..??


Jiwa yang tak pernah dibacakan Al-Quran, seperti kuburan. Sepi, sendirian, dan kering-kerontang. Zaman ini, sedikit sekali orang-orang yang hafal Al-Quran. Kita bisa melihat, para orang tua lebih resah kalau anaknya tidak bisa matematika atau bahasa Inggris, ketimbang tidak tahu Al-Quran. Padahal, itu adalah keluarga Muslim. Padahal, sebagai orang Islam, kita harus yakin, hanya Al-Quran lah sebagai petunjuk hidup kita.

Ketika zaman semakin berputar mengikuti arus syahwat manusia, selayaknya lah kita sebagai orang Islam (mungkin) harus mulai kembali menanamkan azam dan niat, tekad dan keinginan untuk mulai menghafal Al-Quran.

Dan untuk memudahkan menghafalnya, ada beberapa teknik dan persiapan yang khusus yang bisa dipakai. Beberapa di antaranya:

  • lkhlaskan niat dan bersabar
  • Jangan lupa baca basmillah dulu
  • Berdoa kepada Allah swt
  • Bersih dari hadas kecil dan besar
  • Sebaiknya menghadap kiblat
  • Memakai pakaian putih yang bersih dan menutup aurat
  • Jangan banyak berkata dan ketawa ketika membaca dan menghafal
  • Memberikan perhatian sepenuhnya
  • Jangan membaca ketika mengantuk atau menguap
  • Berhenti membaca ketika ingin buang angin
  • Salat dua rakaat sebelum memulai

Sabtu, 10 Desember 2011

Permainan Sepak Bola


Cobalah Anda pikir agak tenang tanpa mengikutsertakan kesenangan Anda sendiri, mungkin Anda pun -- seperti orang yang tidak senang atau tidak paham sepak bola -- merasa geli melihat 22 orang dewasa –-sebelas lawan sebelas-- berlari-lari memperebutkan dengan serius sebuah benda bundar. Kecuali dua orang yang bertindak menjaga gawang yang tidak banyak berlari; cukup mempertahankan dan menangkap bola bila bola mengarah ke gawangnya. (Berbeda dengan yang lainnya, kedua orang ini tidak mutlak dilarang memegang bola). Anehnya bila bola sudah terebut, langsung --atau dibawa sebentar kemudian-- disepak lagi untuk diperebutkan kembali. Sering kali, meski sudah ada wasit lapangan dan wasit-wasit garis yang memimpin pertandingan, orang-orang dewasa yang memperebutkan bola itu sampai berantem. Bila karena terlalu sengit berebut bola lalu terjadi tabrakan antar pemain dan wasit sudah menentukan bola diberikan kepada pihak tertentu, pihak ini pun malah menendangnya kembali. Bayangkan bila perebutan 11 x 11 orang dewasa ini tanpa wasit yang memimpin atau wasitnya seperti kebanyakan wasit negeri ini.

Sampai suatu saat, bila ada salah seorang di antara 22 orang itu yang berhasil menendang dan memasukkan bola ke gawang lawan yang dijaga mati-matian oleh penjaganya, semua --kecuali pihak yang kemasukan dan pendukung-pendukungnya– pun bersorak-sorai gembira. Kemudian bola pun ditaruh di tengah lagi untuk diperebutkan kembali. Begitulah permainan yang betul-betul permainan ini berlangsung cukup lama, resminya 2 x 45 menit, kecuali bila ada perpanjangan waktu. (Di Pensylvania Amerika Serikat, malah pernah ada pertandingan –antara dua kesebelasan dari Muhlenberg College-- sampai 48 jam nonstop, tanpa pemain pengganti). Seperti setiap permainan yang lain, dalam sepak bola ini pun harus ada yang menang. Yang menang adalah yang paling banyak memasukkan bola ke gawang lawan.

Jumat, 09 Desember 2011

Keakraban Lansia Menghafal Al Qur'an


Menyetor hafalan al-Quran antara teman sejawat atau seorang murid kepada gurunya; seorang guru memperbaiki hafalan para santrinya; orangtua menyimak bacaan anak-anaknya di rumah sehabis shalat; mahasiswa menyimakan hafalan al-Quran kepada kakak kelasnya; para hufaz (orang-orang yang hafal al-Quran) mengulang hafalannya kepada para syeikh mereka, semua itu barangkali sudah menjadi fenomena yang cukup lumrah bagi kita.

Fenomena berinteraksi dengan al-Quran yang berbeda malah saya jumpai di Mesir, yaitu orang-orang sudah masuk golongan kakek-kakek masih suka menghafal dan memperdengarkan bacaannya kepada temannya, notabenanya juga tidak kalah tua darinya. Mengulang kembali huruf yang tercecer ketika membaca, menghafal dan memperbaiki makharijul huruf yang salah menurut temannya, bukanlah sebuah beban bagi mereka. Keterbukaan dan saling menasehati sangat jelas tampak dari raut-raut wajah mereka ketika menelusuri huruf demi huruf al-Quran.