"ALLAH dulu, ALLAH lagi, ALLAH terus"

Kamis, 22 September 2011

Masuk Islam Karena Baca Buku Anak-Anak


Jakarta, NU Online Niken Arumsari terharu ketika mendapat ucapan selamat dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Ia baru saja membaca dua kalimah syahadat yang dituntun ketua umum PBNU, KH. Said Aqil Siroj disaksikan sejumlah pengurus PBNU di lantai 3 gedung PBNU pada Selasa, (20/9) pukul 14.30. Ternyata, tertariknya Niken ke dalam dekapan Islam yang rahmatan lil-alamin ini bermula dari membaca buku. Dan uniknya, buku bacaan anak-anak. “Mulanya sejak Maret 2011 lalu saya baca buku anak-anak di rumah baca Al-Karimah, di Matraman. Buku anak-anak itu disajikan dalam bentuk komik, bergambar, dan dengan bahasa sederhana. Di situ dijelasakan apa itu Islam, tentang rukun iman, rukun Islam, solat dan lain-lain,” ungkapnya. Selain itu, mulanya kedua orang tua Niken adalah muslim yang pindah agama berdasar “panggilan” dan sukarela. “Mulanya memang kedua orang tua saya adalah muslim,” ungkap lulusan jurusan Sosiologi universitas Indonesia (UI) ini.

Senin, 12 September 2011

Belajar..?? Asik-Asyik Aja Tuh.!!

Problem anak sekolah nggak jauh dari urusan belajar. Umumnya anak sekolah pada merinding kalau mendengar kosakata belajar. Lho? Bukannya belajar adalah tugasnya? Nggak juga anak sekarang mah. Bayangan yang ada di benak adalah buku-buku pelajaran tebal, rumus yang sulit, duduk manis di depan meja dan berbagai pikiran negatif lainnya. Belum lagi ancaman dan suara ortu yang menggelegar menyuruh kamu untuk belajar. Wuih, ini adegan belajar apa uji nyali sih? Pantes aja banyak yang pada bĂȘte kalau disuruh belajar. Masuk kamar bukannya buka buku malah buka fesbuk. Bukannya nulis PR malah nulis sms dan memperbarui status di FB. Bukannya menghafal rumus tapi malah ngapal lagu yang tertanam di memori ponsel. Walah, kapan pinternya?

Bro en Sis, kalau bukan dari kesadaran diri kamu sendiri memang belajar tuh berat terasa. Bukannya jadi pinter tapi malah menjadi beban tersendiri. Kalau tak segera dicari solusinya, bukan tak mungkin kamu malah jadi stres dan anti sama aktivitas belajar. Nah, biar kondisi ini tak berlarut-larut mending kamu baca tulisan ini sampai tuntas biar ada perubahan dalam diri kamu, at least dalam menyikapi belajar agar tak menjadi sesuatu yang menakutkan buatmu. Sip!

Benahi niat dulu

‘Belajar yang rajin biar pinter trus jadi dokter.’; ‘Belajar yang bener biar nilaimu bagus, gampang dapat kerjaan dan dapat gaji jutaan.’; ‘Belajar yang giat biar dapat ranking satu di kelas.’

Sabtu, 03 September 2011

Putus Asa

Sobat muda muslim, gimana Idul Fitri kemarin rame nggak? Hehehe kok nanya rame, emang bakar petasan. Iya maksudnya meriah nggak? Kumpul bareng keluarga dan keraban, serta teman-teman. Buat yang pulang kampung pasti seru di perjalanannya ya. Macet! Hihihi…nikmati dah macetnya, karena yang penting kamu bisa silaturahim dengan keluarga. Sip deh! Kami di gaulislam juga—meski telat ya—ngucapin selamat Idul Fitri. Maaf juga atas segala salah selama ini. Sukses dan barokah buat kuta semua ya.

Bro en Sis, gaulislam edisi pekan ini bahas tentang “putus asa”. Tema yang umum sebenarnya, tetapi saya coba kemas dengan lebih menarik. Oya, pernah nggak ngerasa penat, bosen, terus stress dalam menghadapi hidup? Pasti pernah kan? Bagi yang nggak pernah berarti hidupnya senang selalu, tertawa terus. Eh lama-lama jadi penghuni rumah sakit jiwa, (ujung-ujungnya stres juga). Hwahaha…

Benarkah semua yang kita usahakan selalu gagal, atau apa yang kita inginkan tidak terwujud. Apa iya seseram itu kehidupan kamu? Bukankah Allah telah memberi rizki bagi tiap-tiap mahklukNya? Atau kita yang kurang muhasabah (instropeksi diri)? Bisa jadi kegagalan demi kegagalan yang kita alami adalah suatu cobaan dari Allah Swt atau bahkan mungkin juga buah dari dosa-dosa kita di masa lalu? Hmm… wallahu’alam. Tetapi yang jelas dan pasti, kita harus instropeksi diri tiap saat, Bro.

Jumat, 02 September 2011

Puasa Ramadhan lebih dari 30 hari..??

Bagaimana mungkin puasa Ramadhan lebih dari 30 hari? Dan apakah juga mungkin puasa kurang dari 29 hari? Bukankah bulan qomariyah/hijriyah itu maksimal hanya 30 hari, dan tak pernah kurang dari 29 hari?

Kasusnya begini... Ada seseorang pada tanggal 30 Ramadhan berada di Jerman, telah berpuasa genap 30 hari. Lantas pada hari itu juga (30 Ramadhan) dia pulang ke Indonesia. Dikiranya setelah esoknya sampai di Indonesia 'mestinya' dia akan menikmati ketupat lebaran, 1 Syawal. Tapi kenyataannya tak begitu. Mengapa demikian? Karena umumnya jatuhnya awal Ramadhan di Jerman dan Indonesia berbeda satu hari (Jerman satu hari lebih dulu ketimbang Indonesia).

Terus bagaimana jika benar terjadi demikian? Apakah kita harus berpuasa juga, walaupun sudah berpuasa genap 30 hari?